BAHAYA DAN RISIKO DIAGNOSA MANDIRI ONLINE TERHADAP KESEHATAN
Perawatan kesehatan virtual diadopsi secara lebih luas selama pandemi COVID-19 , dengan banyak orang mengakses penyedia layanan kesehatan dari jarak jauh. Namun, akses teknologi yang mudah dan nyaman berarti sebagian orang mungkin memilih untuk mengabaikan layanan kesehatan dan berkonsultasi langsung dengan Dr. Google, dengan diagnosis mandiri online.
Saat ini diagnosis mandiri online telah menjadi sangat umum, dan teknologi telah mengubah cara pemberian perawatan kesehatan
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pasien yang mengalami sejumlah keluhan dapat langsung menanyakan keluhannya atau membaca informasi yang berkaitan dengan keluhannya di internet . Terlihat bahwa pasien bisa mendiagnosis dirinya sendiri setelah melihat informasi tersebut. Mendiagnosis diri sendiri adalah memutuskan kita memiliki penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Orang yang terbiasa mendiagnosis diri sendiri secara berlebihan disebut cyberchondria. Namun seringkali informasi yang tersedia di laman tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara medis atau tidak evidence based medicine (EBM).
Sering kali ketika mendapatkan sebuah informasi, seseorang langsung menggeneralisasi yang ia ketahui dengan fakta sekitar. Tanpa informasi yang lebih spesifik dari dokter, pasien tak paham bagaimana menilai gejala mereka. Akibatnya, mereka justru menjadi semakin cemas, ngotot, bahkan obsesif pada diagnosis yang mereka putuskan sendiri. Padahal informasi yang tersebar di luar sana, ada yang bersifat mentah dan butuh proses pemahaman lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan.
Bayangkan seseorang sedang duduk di rumah, ketika tiba-tiba kepalanya mulai berdenyut, matanya mulai gatal, dan detak jantungnya meningkat. Mereka meraih ponsel atau laptop mereka untuk segera mencari jawaban Google apa yang mungkin salah. Ada kemungkinan bahwa hasil pencarian dapat memberikan jawaban akurat tentang penyebab gejala orang tersebut. Atau pencarian mungkin secara keliru menunjukkan bahwa mereka sedang dalam perjalanan menuju “early death”.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia. Menurut laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Tanah Air per Januari 2022.Jumlah itu naik tipis 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Januari 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 202,6 juta.
Kehadiran Google Search memudahkan manusia dalam mendapatkan berbagai informasi. Tercatat lebih dari 70 persen permintaan pencarian online di seluruh dunia ditangani oleh Google. Mesin pencari Google juga menjadi situs paling sukses di internet. Google Indonesia mencatat terdapat 21 juta pengguna internet baru pada 2021.
Perawatan virtual dan diagnosis mandiri online memiliki beberapa manfaat yang sama, seperti kenyamanan karena tidak perlu menjadwalkan janji temu, menghemat waktu perjalanan ke kantor dokter, dan menghindari ruang tunggu. Beberapa mungkin memilih untuk mendiagnosis diri sendiri karena mereka merasa memiliki kontrol yang lebih besar atas kesehatan mereka. Namun, perbedaan utama antara perawatan virtual dan gejala Googling adalah tidak ada komunikasi langsung dengan dokter saat mendiagnosis sendiri secara online.
Proses mencoba dan memilih sumber yang kredibel dan menyaring informasi yang salah bisa menjadi proses yang melelahkan. Beberapa informasi yang ditemukan online memiliki sedikit atau tidak ada kredibilitas . Sebuah studi yang berfokus pada penyebaran berita bohong di media sosial menemukan bahwa informasi bohong menyebar lebih cepat dan lebih luas dari kebenaran .
Risiko menggunakan layanan kesehatan online termasuk peningkatan kecemasan dan ketakutan. Istilah cyberchondria dapat didefinisikan sebagai seseorang yang mengalami kecemasan kesehatan dalam jumlah tinggi karena mencari gejala di internet.
Salah mendiagnosis diri sendiri juga berbahaya, terutama jika hal itu berarti tidak mencari pengobatan. Misalnya, jika seseorang dengan percaya diri mendiagnosis sakit perutnya sebagai flu perut, dia mungkin ragu untuk mempercayai diagnosis usus buntu dari dokternya.
Ada juga risiko menjadi begitu yakin bahwa diagnosis mandiri itu benar sehingga sulit untuk menerima diagnosis yang berbeda dari ahli kesehatan . Kesalahan diagnosis bahkan bisa menjadi sangat serius jika mengakibatkan kegagalan untuk mendeteksi kemungkinan serangan jantung, stroke, kejang, atau tumor.
Risiko lebih lanjut mungkin termasuk peningkatan stres pada pasien dan dokter, meminum atau mencampur obat secara tidak efektif dan meningkatkan biaya perawatan atau obat-obatan yang tidak tepat dan mungkin tidak diperlukan .
Kenyataannya adalah diagnosis mandiri online tidak dapat dicegah. Tetapi mereka yang berkonsultasi dengan Dr. Google harus menyadari potensi risikonya. Salahsatunya dengan mengkonfirmasi informasi yang ditemukan secara online dengan penyedia layanan kesehatan seperti Rumah Sakit. Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-diagnosis. Bila kamu mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai penyebab gejala kesehatan yang kamu alami.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL:
Akbar, Faris Muhammad , 2018 Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internet pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia muhammadfaris@student.uns.ac.id
Ryan, A., & Wilson, S. (2008). Internet healthcare: do self-diagnosis sites do more harm than good? Expert Opinion on Drug Safety, 7(3), 227–229. https://doi.org/10.1517/14740338.7.3.227
Tang, H., & Ng, J. H. K. (2006). Googling for a diagnosis - Use of Google as a diagnostic aid: Internet based study. British Medical Journal, 333(7579), 1143–1145. https://doi.org/10.1136/bmj.39003.640567.AE
White, R. W., & Horvitz, E. (2009). Cyberchondria: Studies of the Escalation of Medical Concerns in Web Search. ACM Transactions on Information Systems. https://doi.org/10.1145/1629096.1629101
INTERNET :
https://theconversation.com/the-rise-of-dr-google-the-risks-of-self-diagnosis-and-searching-symptoms-online-180278 published Agustus 16, 2022 2.13am WIB
https://goodstats.id/article/apa-saja-topik-paling-banyak-dicari-dari-google-search-indonesia-d9IfC